MENGUASAI NEGERI DENGAN PROKSI: CERITA USANG YANG TERUS BERULANG
Dalam kitab perubahan ( I Tching ) dikatakan bahwa ketika roda roda terangkat ke atas, maka kereta perang tidak bisa digunakan, dan ketika balok serta tiang ditarik, maka rumah akan Roboh. Maknanya adalah, ketika sebuah posisi kunci diganggu, maka seluruh formasi akan terganggu. Demikian pula jika semua posisi kunci berhasil anda kuasai, maka sebuah organisasi bahkan negara berada dalam genggaman anda.
Jika anda
pernah berada dalam sebuah organisasi, atau korporasi, mungkin akan menyaksikan
bahwa ketika terjadi perubahan kepemimpinan, maka struktur oganisasi juga akan
mengalami perubahan. Di sebuah perusahaan, jika seorang manager diganti,
biasanya manager baru akan mengganti sekretarisnya. Ini yang pernah saya alami,
ketika bekerja di Salah satu bank milik asing di Jakarta. Saat direktur
diganti, dan direktur baru membawa serta “pasukan loyalnya”, beberapa manager
diganti, termasuk “bos” saya. Ini mengakibatkan saya bagaikan seorang Ronin
atau Samurai jepang yang kehilangan tuannya. Tugas dan tanggung jawab saya di perusahaan
perlahan lahan diambil alih team baru. Ini yang membuat saya terpaksa harus
pindah ke salah satu bank swasta, di Jakarta.
Demikian
pula ketika saya bekerja di sebuah perusahan distributor swasta nasional.
Ketika direktur diganti, Kepala divisi juga ikut tersingkir. Hal ini kemudian
diikuti dengan perubahan orang orang kunci di divisi. Dan Lagi lagi, termasuk “bos”
saya. Itulah sebabnya, jika bekerja di sebuah korporasi, anda harus selalu siap
menghadapi perubahan. Ibarat ombak yang selalu datang silih berganti, anda harus
mengenali jenis ombaknya dan menyesuaikan diri, agar tidak tergulung atau
dipaksa keluar dari “permainan”. Intinya ada pada fleksibelitas, tetapi harus
tetap menjaga integritas dan jati diri.
Jika kita perhatikan
dengan seksama, seorang pemimpin akan menempatkan orang orangnya di posisi kunci.
Orang orang yang menghalangi visi dan misinya, pasti akan diganti. Jika anda
memahami prinsip ini dan mampu beradaptasi, atau bahkan memanfaatkannya, maka
itu akan membuat anda bertahan bahkan menjadi lebih berkembang meghadapi
kejamnya “politik kantor”.
Dalam
sebuah buku seni perang Tiongkok kuno yang dikenal sebagai kitab 36 strategi,
dikenal sebuah jurus yaitu “ Mengganti balok dan tiang dengan kayu lapuk”. Konon strategi ini sangat efektif dalam
menakhlukkan sebuah negara, tanpa pertempuran.
Sebagai
sebuah Ilustrasi, perkenankan saya bercerita tentang kekuatan uang dalam
menakhlukkan sebuah negeri dengan strategi ini.
Jaman dulu,
di daratan Tiongkok kuno, ada seorang Saudagar kaya dari Negara Zhao, berhasil
menguasai negeri Qin, dengan strategi mengganti tiang dan balok, atau posisi
strategis negeri Qin dengan orang orangnya. Pada waktu itu, negeri Tiongkok
sedang mengalami desintegrasi. 7 kerajaan sedang bersaing ketat, dan sailing
menakhlukkan. Terkadang, demi sebuah aliansi untuk pertahanan negeri atau
strategi, mereka saling bekerja sama. Dan dalam sebuah kerja sama, seringkali
sebuah kerajaan meminta negara lain menyerahkan putra atau cucu raja sebagai
jaminan. Yi Ren, Anak dari Putra Mahkota
kerajaan Qin, dijadikan jaminan dalam perjanjian damai antara kerajaan Qin Dan
Zhao.
Li Bu Wei,
sang Saudagar kaya dari negeri Zhao, melihat sebuah peluang besar. Dia kemudian
mendekati Yi Ren, dan menyuap para pengawalnya. Dengan memanfaatkan
persahabatannya dengan Yi Ren, diharapkan dia bisa menggunakannya untuk
menakhlukkan kerajaan Qin di kemudian hari.
Setelah
berhasil menakhlukkan hati Yiren yang kesepian karena berada di pengasingan, li
Bu Wei, sang saudagar melakukan perjalanan ke negeri Qin. Misinya adalah
membuat Yi Ren memiliki posisi yang strategies di Mata ayah Yi Ren, sang Putra
Mahkota. Kebetulan, ibu Yi Ren memang tidak disukai oleh Sang Putra Mahkota.
Itulah sebabnya, li Bu Wei berusaha untuk membuat Yi Ren menjadi anak angkat selir
kesayangan Putra mahkota.
Selir
kesayangan Sang Putra MahKota itu Bernama Huayang. Ketika Yi Ren diadopsi olah
Huayang sebagai anak angkat, diharapkan Yi Ren akan memiliki posisi yang strategis
untuk mewarisi tahta. Li Bu Wei menyogok saudara saudara Huayang, agar
menyanjung nyanjung Yi Ren di hadapan Huayang. Kemudian salah satu saudara
perempuan membujuk sang selir kesayangan itu agar mengadopsi Yi Ren. Usaha sang
saudagar tidak sia sia. Semua berjalan dengan lancar, berkat uangnya yang
mengepung hampir semua lini.
Tahap demi
tahap sudah diselesaikan, hingga Li Bu Wei mengunci “kesetiaan” Yi Ren dengan pancingan
yang “mematikan”, yaitu wanita. Dia membeli seorang penyanyi wanita cantik.
Setelah menghamilinya, Dia mengundang Yi Ren dalam jamuan makan malam. Sang
wanita cantik itu berhasil memikat hati Yiren dengan tarian dan nyanyiannya. Dan
ketika sedang bermain main, Li Bu Wei memergoki mereka dan Pura Pura Marah. Kemudian
dia menawarkan wanita cantik itu keapa Yi Ren, dengan syarat Yi ren harus
menikahinya. Syarat yang ke dua, Kelak anak pertama wanita itu harus menjadi
pewaris Yi Ren. Dan semua rencana itu berjalan dengan lancar. Yi Ren meyetujuinya.
Hingga pada
suatu hari, kerajaan Qin melanggar perjanjian damai, dan menyerbu ibu kota kerajaan
Zhou. Raja Zhou memerintahkan hukuman mati untuk Yi Ren. Tetapi semua pengawal
dan penjaga penjara sudah disuap oleh Li Bu Wei. Mereka justru melindungi Yi
Ren. Sementara itu, Istri dan Anak Yi Ren diselundupkan memasuki negeri Qin.
Selir Huayang menyambut mereka dengan baik.
Ketika Raja Qin wafat, ayah Yi Ren naik tahta. Sayangnya, setelah 3 hari menjadi raja, beliau meninggal secara misterius. Yi Ren kemudian Naik tahta menjadi Raja Qin. Li Bu Wei, sang saudagar, King Maker, diangkat menjadi Perdana menteri yang sangat berkuasa.
Dan
strategi Li Bu Wei utu pun terus berjalan. 4 tahun kemudian Yi Ren wafat, dan
putranya masih terlalu muda untuk berkuasa. Li Bu Wei kemudian menjadi
pengendali kerajaan Qin. Walaupun statusnya hanya Perdana menteri. Orang orang
kemudian mencurigainya sebagai dalang terbunuhnya para raja kerajaan Qin.
Dan ketika pendulum kekuasaan mulai bergeser, Li Bu Wei bunuh diri, untuk menghindari hukuman mati atas semua kejahatannya.
Dan kejadian
yang terjadi di negeri Qin itu pun seing terulang di berbagai negeri, termasuk
di jaman modern ini. Negara Negara imperialis, menggunakan Proksi untuk
mengendalikan sebuah negeri. Mereka, Li Bu Wei Li Bu Wei jaman modern,
ditempatkan di sebuah negeri, mempengaruhi kebijakan, mengganti Undang Undang,
bahkan berhasil mengganti Undang Undang Dasarnya, tanpa Adendum. Walaupun pada aturannya, perubahan UUD itu harus Dengan adendum.