Cerita Kebinekaan: Berbagai Bangsa Satu Negara Kesatuan
Ini adalah cerita tentang kebinekaan, di mana sebuah negeri, mampu menyatukan bangsa bangsa di dalam sebuah negeri kesatuan.
Salah satu kakek buyut dari pihak ibu ke nenek, adalah seorang pedagang kayu. Beliau menguasai banyak hutan kayu jati, dan menjual produk kayu jati ke berbagai kota melalui sungai Tuntang. Kayu itu, setelah dipotong potong menjadi "balok kayu" (Bukan olahan) dibawa mengikuti aliran sungai. Kegiatan membawa kayu ke kota melalui jalur sungai ini dikenal sebagai milir. Sebagai informasi, Sungai Tuntang adalah sungai yang melintasi kawasan Grobogan, Demak dan semarang
Selain menggunakan jalur sungai, beliau juga mneggunakan jalur kereta api, yang lewat di depan rumahnya. Kereta yang akan mengangkut kayu jati beliau, akan berhenti di depan rumah, dan kayu jati kayu jati yang jumlahnya beberapa gerbong akan diangkut ke Semarang dan kota kota lainnya.
Kok berhenti di depan rumah? Begituah, bahkan, kereta juga akan berhenti di depan rumah saat beliau tiba dari perjalanan. Walaupun menurut peraturan kereta harusnya berhenti di Stasiun. Di jaman Belanda, 'previllage' terkadang juga diberikan kepada para pengusaha, termasuk kakek buyutku. Mungkin mirip mirip dengan jaman sekarang 😊
PENYEBAR AGAMA
Selain berdagang, kegiatan sehari hari beliau adalah menyebarkan agama. Hampir setiap hari beliau berkeliling dari dusun ke dusun untuk berceramah menyebarkan agama. Tetapi kegiatan bisnis masih dikendalikannya. Coretan coretan angka di dinding ruang kerja beliau menunjukkan "pembukuan" yang beliau lakukan untuk bisnisnya. Menurut ibuku, beliau mencatat setiap transaksi di dinding ruang kerja yang terbuat dari papan kayu jati.
Kata kakekku, bapak dari ibuku, Kakek buyutku itu 'wong neko' atau pendatang. Pakaian sehari harinya adalah jubah dengan penampilan mirip mirip orang dari mancanegara. Beliau hanya memakai blangkon saat membayar pajak saja :).
Tetapi, walaupun bertampang "asing" ke empat istri
beliau adalah orang jawa asli, alias pribumi. Itulah sebabnya, keturunan beliau
bervariasi, tidak semua berhidung mancung. Nenekku malah berkulit gelap, yang
kemudian melahirkan ibuku yang sering dikira keturunan india.
NEGERI BERBAGAI SUKU BANGSA
Fenomena ini wajar terjadi di nusantara. Berbagai ras ada di negeri ini. Contohnya adalah seorang temanku yang seorang politisi asal Solo. Itu pengakuannya ketika pertama bertemu denganku di sebuah perusahaan Distributor Peralatan topogrrafi dari Jepang. Ternyata yang dimaksud solo adalah "Solowesi" 😊. Beliau bercerita, bahwa suku beliau adalah keturunan mongolia. Mengenai kebenaran bahwa suku beliau keturunan mongolia, saya belum bisa memastikan atau belum menemukan sumber lain.
Saya sendiri, merasa keturunan asli Jawa, dari jalur bapak. Walaupun sempat bimbang, karena bapakku dan kakaknya, namanya menggunakan Mas. Dari media, saya mendapat info dari beberapa tokoh, bahwa Konon mas itu samaran dari Maulana Syarif, keturunan Arab yang menyembunyikan identitas asal usulnya karena kejaran Pemerintah Kolonial. Apalagi ketika kakakku bilang bahwa kami adalah keturunan dari Sunan Kudus. Itu semua membuatku bimbang, mengenai leluhur jalur Ayah.
Hubungan keluarga bapak dengan "keluarga solo" terhenti karena takut dikira "minta warisan" :) Itulah sebabnya, bapak selalu mengajakku ke keluarga nenek. Dan belum sempat verifikasi jalur solo saya, apakah itu jalur kakek buyut atau dari nenek buyut.
Jangan jangan solowesi atau keturunan mongolia :)
Tapi, memang urusan nasab tidak pernah menjadi pembahasan di keluarga kami. Hanya di perkumpulan keluarga, silsikahh dibahas, untuk saling mengenal saudara saudara kita. Itu pun hanya beberapa generasi ke atas, baik dari jalur bapak maupun jakur ibu. Hanya beberapa 'Trah' yang mewajibkan kami setor "gineologi keluarga".
SALING MENGHARGAI
Memang lain yang terjadi di berbagai belahan dunia. Kebanyakan mereka adalah sebuah bangsa yang memiliki banyak negara. Contohnya bangsa arab, yang memiliiki banyak negara. Sedanngkan kita adalah sebuah negara yang terdiri dari ratusan suku bangsa, bahkan ada bangsa dari luar yang sudah menjadi warga negara.
Kita wajib menghargai, walaupun ada yang berasal dari
mancanegara. Asal tidak neko neko, menancapkan hegemoninya terhadap bangsa
Nusantara. Apalagi berusaha membelokkan sejarah Nusantara untuk kepentingan
mereka.
Posting Komentar untuk "Cerita Kebinekaan: Berbagai Bangsa Satu Negara Kesatuan"