Cerpen: Operasi Bayangan Lanjutan 1B– Operasi intelijen pembebasan sandera dan dukungan terhadap pemberontak di negara lain
Babak Kedua: Teheran, Kota Seribu Bayangan
Teheran menyambut Blake dan timnya dengan udara malam yang
kental akan misteri. Pesawat mereka mendarat mulus di Bandara Mehrabad, tetapi ketegangan tak lantas menguap. Kota ini, bak labirin raksasa, penuh dengan
lorong-lorong sempit dan bayang-bayang yang menari-nari di bawah cahaya bulan.
Patroli militer dan pos pemeriksaan bertebaran di setiap sudut kota, bagaikan mata-mata
yang tak pernah tidur.
Dengan langkah sigap, Blake dan timnya menyusuri jalanan
berliku, menuju sebuah gudang tua yang terpencil di pinggiran kota. Di balik
pintu besi yang berkarat, mereka disambut oleh Manucher Ghorbanifar, sang
pedagang senjata yang terkenal licik dan penuh tipu muslihat. Wajahnya yang
keras dan mata elangnya seolah menembus hingga ke relung jiwa.
"Selamat datang, Kolonel Blake," sapa Ghorbanifar
dengan senyum tipis yang lebih mirip seringaian. "Semoga perjalanan Anda
menyenangkan."
Blake, tak terpengaruh oleh basa-basi, langsung
menyampaikan tuntutannya. "Kami butuh jaminan bahwa para sandera akan
dibebaskan setelah senjata kami diterima," tegasnya, dengan suara setajam
belati.
Ghorbanifar mengangguk pelan, matanya berkilat penuh
perhitungan. "Tentu saja, Kolonel. Tetapi, kita harus bergerak cepat. Kali ini waktu
bukanlah teman kita."
Strategi dan Eksekusi: Tarian Maut di Atas Papan Catur
Di dalam gudang yang remang-remang, Sarah membuka sebuah
peta kecil, menelusuri rute pengiriman senjata dengan jari telunjuknya yang
lentik. "Kita akan mengirimkan senjata melalui jalur ini," jelasnya,
suaranya tenang namun penuh keyakinan. "Setelah senjata diterima, para
sandera akan dibebaskan di lokasi ini."
Mike, dengan cekatan memeriksa perangkat komunikasi mereka,
memastikan setiap sinyal terenkripsi dengan sempurna. "Jalur komunikasi
aman, Kolonel," lapornya dengan percaya diri.
Lisa, sang ahli medis, menyiapkan peralatan medisnya
dengan teliti, siap menghadapi segala kemungkinan. "Saya siap siaga,
Kolonel," ujarnya singkat namun mantap.
Dave, sang mata-mata bayangan, menyeringai tipis.
"Jaringan saya sudah siap memberikan informasi terbaru, Kolonel. Kita akan
selalu selangkah lebih maju."
Pertemuan Menegangkan dengan Ghorbanifar
Blake kembali berhadapan dengan Ghorbanifar, tatapan mereka
bertemu dalam duel tanpa senjata. "Saya ulangi, Tuan Ghorbanifar,"
Blake menegaskan, "kami butuh jaminan bahwa para sandera akan
dibebaskan."
Ghorbanifar mengangkat bahu, seolah tak terbebani oleh
tuntutan Blake. "Anda punya janji saya, Kolonel. Tapi ingat, waktu terus
berdetak."
Blake mengangguk singkat, tanda bahwa dia menerima
tantangan itu. "Baiklah," katanya dengan nada dingin, "mari kita
selesaikan urusan ini."
Operasi Berjalan: Misi Penyelamatan di Tengah Malam
Dengan identitas palsu, Blake dan timnya bergerak dalam
senyap, mengatur pengiriman senjata dengan cermat. Mereka bagaikan hantu di
tengah malam, menyelinap di antara bayang-bayang, memastikan setiap langkah
sesuai rencana.
Di tengah kegelapan, mereka tiba di lokasi pertukaran yang
telah disepakati. Gudang tua itu dijaga ketat oleh pasukan bersenjata, tetapi Blake dan timnya berhasil menembus masuk tanpa terdeteksi. Ghorbanifar menunggu
di dalam, senyum liciknya masih terpatri di wajahnya.
"Senjata sudah siap?" tanyanya dengan suara
serak.
"Ya," jawab Blake singkat. "Sekarang, mana
sandera-sandera itu?"
Ghorbanifar memberi isyarat kepada anak buahnya, dan
beberapa saat kemudian, para sandera dibawa masuk. Mereka tampak letih dan
ketakutan, namun setidaknya mereka masih hidup. Blake merasakan kelegaan yang
luar biasa.
"Bagus," katanya dengan nada puas.
"Pertukaran selesai."
Pelarian dari Beirut: Kejar-kejaran Menegangkan
Di Beirut, Lebanon, Blake dan Sarah menyusup ke sebuah
gedung tua yang menjadi sarang teroris. Di dalam gedung yang gelap dan pengap
itu, mereka berhadapan dengan Khalid, pemimpin teroris yang kejam dan tak kenal
ampun. Negosiasi berjalan alot, Khalid menuntut lebih banyak senjata dan uang
sebagai imbalan atas pembebasan sandera.
Namun, di tengah ketegangan yang memuncak, salah satu
sandera nekat mencoba melarikan diri, memicu kekacauan. Khalid, yang murka,
mengarahkan senjatanya ke Blake. "Permainan berakhir, Kolonel!"
teriaknya dengan suara menggelegar.
Blake merasakan adrenalinnya melonjak. Dia tahu, satu
gerakan yang salah bisa berakibat fatal. Dalam sekejap, dia memberi isyarat
kepada Sarah, yang dengan sigap melemparkan granat asap ke tengah ruangan. Asap
tebal memenuhi ruangan, menciptakan selubung pelindung bagi mereka.
Blake dan Sarah bergerak cepat, menembak jatuh para penjaga
yang mencoba menghalangi mereka. Dalam kekacauan itu, Blake berhasil menangkap
Khalid dan menjadikannya sandera. "Kita keluar dari sini sekarang!"
perintahnya dengan tegas.
Dengan Khalid sebagai tameng, mereka menerobos keluar dari
gedung, dikejar oleh rentetan tembakan. Dengan bantuan tim mereka, Blake dan
Sarah berhasil meloloskan diri, membawa Khalid untuk diinterogasi lebih lanjut
Misi di Teheran telah selesai, tetapi "Operasi
Bayangan" masih jauh dari kata akhir. Pertempuran baru saja dimulai, dan
Blake serta timnya siap menghadapi segala rintangan yang menghadang.
BERSAMBUNG...