Kekuatan Diplomasi: Cerita Inspiratif Tentang Diplomasi di Jaman Tiongkok Kuno
Cerita Inspiratif Tentang Diplomasi Tingkat Tinggi
Banyak yang mengangap bahwa diplomasi itu hanya sekedar bermain kata kata. Padahal di balik diplomasi, terdapat kekuatan yang sangat besar, yang akan menempatkan pihak kita dalam posisi yang strategis dalam menghadapi segala permasalahan.Mari kita simak cerita Inspiratif dari kisah ribuan tahun yang lalu di sebuah daratan yang luas di Asia tengah, yang mengungkap salah satu rahasia kekuatan diplomasi tingkat tinggi.
Kerajaan Besar yang Sedang Bermasalah
Pada jaman dahulu kala, di sebuah daratan yang luas terdapatlah sebuah negeri yang kuat dan disegani oleh negeri negeri lainnya. Sayangnya, kekacauan sedang melanda negeri itu. Para bangsawan saling bersaing untuk memperebutkan kekuasaan. Para menteri saling berkomplot untuk mendapatkan atau mempertahankan posisi dan kedudukan.
Kondisi ini membuat negeri itu menjadi lemah, dan beberapa negeri tetangga, justru meremehkannya. Padahal sebelumnya mereka sangat takut bermasalah dengan kerajaan ini.
Negeri itu dikenal sebagai kerajaan Jin yang dipimpin oleh Raja Sian. Beliau telah mengangkat seorang Putra mahkota yaitu Pangeran Shen, yang diharapkannya akan memimpin negeri sesudahnya. Sayangnya, salah satu selirnya yang sangat ambisius, justru menginginkan anaknya sendiri, yang akan menggantikan raja, ketika beliau wafat.
Pengkhianatan Selir Li
Selir itu dikenal sebagai selir Li. Dan putranya yang digadang gadang untuk menggantikan tahta ayahnya adalah Pangeran Xi.
Selir Li sudah lama membangun kekuatan, bekerja sama dengan berbagai kekuatan negeri, mulai dari birokrasi, pihak keamanan, militer hingga pengadilan. Dengan pengaruhnya, selir li cukup disegani di kalangan bangsawan dan pejabat.
Pada suatu hari, selir Li memerintahkan pembunuhan terhadap Pangeran Xi, untuk mendukung anaknya menjadi penguasa negeri. Rencana pembunuhan juga ditujukan kepada dua pangeran lain yang berpotensi untuk memimpin negeri.
Rencana pembunuhan berhasil dilakukan, tetapi dua pangeran yang lain lolos dari sergapan. Dan karena jiwanya terancam, keduanya kemudian melarikan diri ke luar negeri, meminta suaka. Mereka adalah pangeran Yi dan Pangeran Chong.
Dua Pangeran Melarikan Diri Minta Suaka
Pangeran Yi melarikan diri ke kerajaan Liang dan pangeran Chong melarikan diri ke Kerajaan Cai. Di sana mereka mendapatkan perlindungan dari pemerintah setempat. Tetapi itu tidak menghentikan rencana Selir Li untuk menghabisi nyawa mereka. Bagi selir Li, mereka adalah ancaman terbesar, dari rencana liciknya, untuk menjadikan anaknya sebagai Raja Jin.
Walaupun dijaga oleh beberapa pengawal dan perlindungan dari pihak keamanan setempat, Pangeran yi berhasil dibunuh di wisma kediamannya. Rupanya regu pembunuh sudah mempersiapkan misinya dengan sangat cermat. Mereka menyergap Pangeran Yi pada saat penjagaan lemah.
Mendengar peristiwa itu, Pangeran Chong melarikan diri ke negeri Chu. Dari pengalaman adiknya yang terbunuh di negeri Liang, Pangeran Chu segera melobi penguasa setempat, dan meminta perlindungan yang lebih ketat.
Pangeran Cong Minta Perlindungan Pada Raja Zhuang
Kerajaan Chu, tempat pangeran Chong meminta perlindungan, dipimpin oleh Raja Zhuang. Raja Zhuang adalah raja yang sangat bijaksana dan memahami geopolitik. Beliau melihat sosok Pangeran Chong sebagai orang yang cerdas, bijaksana, dan memiliki banyak pengaruh di negerinya. Itulah sebabnya, beliau segera menyetujui permintaan Pangeran chong,dan memberinya perlindungan berupa satu kompi tentara untuk menjaganya.
Keputusan Raja Zhuang untuk melindungi Pangeran Chong bukan tanpa alasan. Dia berharap, pangeran Chong akan menjadi Raja kerajaan Jin. Dan ketika itu terjadi, dia berharap bisa saling bekerja sama dengan beliau. Raja Zhuang ingin kerajaan Chu, ke depannya bisa bersahabat dengan kerajaan Jin.
Sebagai Raja yang memahami Geo politik, Raja Zhuang tahu bahwa kerja sama dengan negeri tetangga yang Sangat kuat angkatan bersenjatanya itu, bisa memperkuat pertahanan kerajaannya. Kerja sama antara kedua negeri diharapkan bisa membuat kemakmuran negerinya menjadi lebih terjaga.
Setelah memerintahkan penjagaan yang ketat terhadap Pangeran chong, Raja Zhuang kemudian memanggil Pangeran chong di ruang pertemuan kerajaan. Raja Zuang bertanya, apa balasan yang akan diberikan pangeran chong kepada negeri Chu, jika nanti dia menjadi Raja dari kerajaan Jin.
Kekuatan Diplomasi Pangeran Chong Vs Raja Zhuang
“Saya tidak bertanya kepadamu sebagai seorang sahabat, tetapi saya bertanya kepadamu sebagai seorang raja Jin. Saya yakin kelak anda akan menjadi Raja yang bijaksana, karena banyak rakyat yang mendukungmu,” Tegas Raja Zhuang. Raja Zhang memanfaatkan posisinya yang 'di atas angin' untuk menekan agar Pangeran Chong memberikan jawaban yang menuntungkan negerinya. Beliau sadar sepenuhnya bahwa pada saat itu 'kartu as' kekuatan diplomasi ada di tangannya.
Sebagai orang yang terpelajar dan menguasai strategi, Pangeran Chong menyadari, bahwa beliau harus menjawab dengan diplomatis, agar terlihat menguntungkan kerajaan Chu, tetapi tidak merugikan negerinya sendiri.
Pangeran Chong menjawab,” Paduka yang mulia, ketika saya menjadi Raja Jin, saya berjanji akan bekerja sama dengan kerajaan Chu membangun kemakmuran kedua negeri. Tetapi, jika karena suatu hal terpaksa kita harus berhadapan sebagai musuh, maka saya dan pasukanku akan mundur sejauh 40 Kilometer
Mendengar jawaban itu, Raja Zhuang sangat senang. Ketika kedua pasukan saling berhadapan, pangeran Chong bersedia mundur sangat jauh, dari pasukannya. Itu artinya Pangeran chong berjanji, untuk tidak akan menyerang Negara Chu terlebih dahulu. Logikanya begitu.
Tetapi,para penasehat raja, tidak suka dengan jawaban Pangeran Chong. Jawaban itu dianggap terlalu sombong, karena posisinya pada waktu itu adalah seorang pangeran, yang sedang dalam perlindungan kerajaan lain. Seharusnya dia lebih merendah, dengan memberikan banyak konsesi kepada kerajaan pelindungnya itu.
Kemudian, Raja Zhuang menjelaskan kepada para penasehatnya, bahwa Pangeran chong nanti akan menjadi Raja Jin. Dan mengambil hati pangeran Chong adalah investasi yang akan menguntungkan negeri, kelak di kemudian hari.
"Kerja sama dengan negara tetangga yang kuat, akan memperkuat posisi kita diantara negara negara lain. Dan pada akhirnya, hal ini akan membuat kemakmuran di negeri ini,” Kata Raja Chong menjelaskan.
Pangeran Chog Menjadi Raja Bergelar Raja Wen
Dan benar, apa yang dikatakan oleh Raja Zhuang, beberapa tahun kemudian, Pangeran Chong diangkat menjadi seorang raja di negeri Jin.
Jadi, beberapa tahun setelah Pangeran Chong meminta perlindungan di kerajaan chu, terjadi revolusi rakyat di negeri Jin. Setelah Raja Xian (Raja dari kerajaan Jin ) wafat, Pangeran Xi, putra dari selir Li naik tahta. Kekuasaan Raja Xi tidak didukung oleh rakyat, karena dianggap hasil dari rekayasa.
Karena tidak didukung oleh rakyat, jalannya pemerintahan menjadi kacau. Lembaga lembaga kerajaan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Petugas keamanan merepresi rakyat, dan pengadilan dimanfaatkan orang untuk mengancam pihak lawan.
Rakyat yang mencintai almahrum Pangeran shen (Putra Mahkota Yang terbunuh), berharap adiknya, yaitu Pangeran chong, menduduki tahta kerajaan. Pangeran chong dianggap lebih bijaksana dan memperhatikan rakyat dibanding raja yang sekarang.
Dalam revolusi rakyat itu raja Xi terbunuh. Pangeran chong kembali ke negerinya menjadi raja kerajaan Jin bergelar Raja Wen.
Raja Wen sangat cakap dalam memerintah, dan didukung oleh rakyat. Hampir semua pejabat dan bangsawan mendukungnya. Hal itu kemudian menjadikan negara Jin, pulih kembali, sebagai negara yang sangat kuat dan disegani.
Konflik Antara Kerajaan Chu dan Jin
Beberapa tahun kemudian, Raja Zhuang dari kerajaan Chu wafat. Penerusnya tidak melanjutkan kebijakan raja Zhuang untuk bersahabat dengan Negeri Jin. Mereka menyatakan perang terhadap kerajaan Jin.
Hingga pada suatu hari, pasukan militer kerajaan Chu menyerbu kerajaan Jin. Pasukan militer Kerajaan Jin, dipimpin langsung oleh Raja Wen menghadanganya di perbatasan.
Antara Strategi dan Diplomasi
Melihat barisan pasukan Chu yang siap tempur di hadapannya, Raja Wen (Gelar Pangeran Chong setelah menjadi raja) teringat dengan janjinya kepada Raja Zhuang. Dia teringat janjinya, akan mengundurkan pasukannya sejauh 40 Km, ketika berhadapan dengan pasukanChu.
Pada waktu itu, Pangeran Chong harus memberikan jawaban yang memuaskan bagi raja Zhuang, dan berjanji bahwa, jika terjadi konflik dengan kerajaan Chu, dan pasukan mereka saling berhadapan, maka Pangeran Chong akan menarik mundur pasukannya sejauh 40 Km.
Tetapi di balik kata kata diplomasi yang berayap itu, pangeran Chong sebenarnya memiliki strategi di baliknya. Dia berencana akan menjebak Pasukan Chu dengan pura mundur, tetapi menyiapkan berbagai jebakan di baliknya.
Itulah sebabnya, ketika menghadapi situasi seperti itu, Segera dia memerintahkan pasukannya mundur sejauh 40 Km. Para jendral menjadi sangat heran, dan bertanya tanya.
“Mohon maaf yang mulia, pasukan kita jauh lebih kuat dan terlatih, mengapa kita harus mundur sejauh itu?” tanya salah satu jendral.
Raja wen hanya tersenyum, dan memerintahkan panglima agar menyiapkan pasukan terkuat di garda depan, sayap kanan, dan sayap kiri. Sayap kanan dan kiri bagaikan capit kepiting yang siap menerkam lawan. Sedangkan pasukan garda depan yang kuat akan memastikan perang tidak berlarut larut yang bisa menguras energi dan sumberdaya.
Pasukan Chu yang merasa sombong karena pasukan musuh mundur jauh, menjadi terlena. Mereka mengejar pasukan Jin dan lupa bahwa mereka memasuki medan yang tidak mereka kuasai.
Dan kesombongan yang ada, membuat pasukan bergerak tidak teratur, dan dengan mudah dapat dikalahkan. Mereka membentur garda terdepan pasukan Jing yang sangat kuat, dan segera berhamburan. Hamburan dari pasukan Chu yang panik, dihadang oleh pasukan sayap kanan dan kiri pasukan JIn, dan ditumpas habis.
Tidak sampai satu hari. Pertempuran selesai, pasukan dari kerajaan Chu dihabisi oleh pasukan dari kerajaan Jin.
Kesimpulan
Jawaban dari Pangeran Chong ketika ditanya Raja Zuang, tentang apa konsesi yang diberikannya sebagai raja Jin, kepada kerajaan Chu, dijawab dengan diplomatis yang bersayap. Beliau menjawab bahwa pasukan JIn akan mundur sejauh 40 Km jika berhadapan dengan pasukan Jin.
Jawaban ini bisa bermakna ganda. Yang pertama, itu artinya negeri Jin tidak akan menyerang negeri Chu. Ketika berhadapan saja, dia akan mundur. Jadi sudah pasti tidak akan menyerang terlebih dahulu.
Jawaban ini bisa memuaskan Raja Zhuang,karena memang dia berminat untuk bersahabat dan bekerja sama dengan kerajaan Jin.
Yang ke dua, jawaban itu adalah sebuah strategi, yang tidak dipahami oleh lawan. Karena dengan mundur sejauh 40 Km, itu akan membuat pasukan lawan terlena, merasa menang dan meremehkan musuh. Dalam kondisi sombong dan terlena, seringkali pasukan menjadi tidak awas, melupakan kondisi medan dan melupakan strategi. Hal ini membuat pasukan menjadi mudah dikalahkan.
Raja Wen memanfaatkan kelemahan lawan ini, dan dengan mudah menyapu pasukan militer Chu. Kemampuannya untuk memanfaatkan kekuatan diplomasi, tidak hanya menyelamatkan dirinya dari ancaman ketika berada di bawah perlindungan kerajaan Chu, tetapi juga menyelamatkan negerinya dari penjarahan musuh.
Ini adalah cerita inspiratif yang patut kita ambil pelajarannya. Dalam kondisi lemah, anda tidak bisa melawan. Tetapi anda bisa menggunakan diplomasi, dengan kata kata bersayap.
Handoyoputro
Mind Navigator / Story Teller