Kebersamaan Dalam Keluarga: Cerita rakyat dari Korea


Cerita rakyat dari Koreai: Kebersamaan keluarga

Kebersamaan Keluarga

Dalam pandangan masyarakat jawa, kebersamaan dalam keluarga dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting. Mereka menuangkannya dalam peribahasa, 'Mangan ora mangan angger ngumpul', yang artinya, makan tidak makan asal berkumpul sebagai keluarga.

Filosofi ini menggambarkan pentingnya kebersamaan keluarga yang digambarkan dalam kata kumpul (dalam kebersamaan), melebihi kepentingan dalam kepemilikan harta.

Bagi orang yang tidak memahami filosofi ini, seringkali peribahasa ini disalahartikan, bahwa itu berarti orang jawa lebih suka berkumpul di sekitar keluarganya, atau tidak mau merantau. Tentu ini tidak sesuai dengan fakta. Karena banyak sekali orang jawa yang merantau sampai Madagaskar, kepulauan di pasifik, hingga Suriname.

Sebenarnya, filosofi itu lebih mirip dengan tradisi Korea, dengan istilah 'sihgu'. Dalam tradisi Korea 'Sihgu' diartikan sebagai  kebersamaan dalam keluarga.

Secara harfiah, 'sihgu, dalam Bahasa korea, artinya adalah mulut yang sedang makan. Maknanya adalah, keinginan agar selalu bisa berkumpul bersama di meja makan, menikmati kebersamaan keluarga dengan penuh kekeluargaan. Dalam hal ini, keluarga dianggap harta yang paling berharga.

Banyak sekali kisah kisah tentang indahnya kebersamaan dalam keluarga. Pada kesempatan kali ini perkenankan saya menuturkan kembali sebuah cerita rakyat korea, yang menceritakan tentang betapa indahnya persatuan dalam keluarga.

Cerita Rakyat Korea Tentang Kebersamaan Keluarga

Kisah ini berasal dari cerita rakyat Korea. Pada jaman dahulu kala, di sebuah desa, hiduplah seorang janda, yang memiliki dua orang putra. Karena sudah berusia, ibu kedua anak itu, tidak bisa ke mana mana, dan hanya di rumah saja. Kondisinya sudah mulai sakit sakitan, karena usianya yang sudah menjelang senja.

Kedua putranya, dengan setia menemaninya, walaupun sebenarnya mereka bisa pergi ke mana saja, dan menitipkan ibunya kepada pembantu. Pendidikan tentang pentingnya sebuah keluarga, yang telah ditanamkan kepada mereka, membuatnya merasa wajib untuk membahagiakan orang tuanya itu.

Bergantian mereka menjaga ibunya. Ketika si sulung pergi ke ladang, si bungsu berada di rumah. Dan sebaliknya, ketika si bungsu bekerja, kakaknya bertugas menjaga ibunya.

Demikian yang mereka lakukan, hingga sang Ibu wafat. Kedua kakak beradik itu sepakat untuk membagi sawah yang dimiliki oleh ibunya dengan adil. Si sulung mewarisi sawah yang ada di sebelah barat, dan si bungsu mewarisi sawah ibunya yang ada di bagian timur.

Sepeninggal ibunya, mereka tetap rajin bekerja, dari pagi hingga petang. Di sela sela waktunya, mereka juga terus belajar ilmu ilmu pertanian, pemasaran, hingga pengelolaan keuangan. Hasilnya sungguh luar biasa. Padi yang mereka tanam lebih subur, dan hasil panennya lebih banyak dibanding lainnya.

Sawah mereka memang terletak di sebuah lembah yang subur, dan cukup irigasinya. Itulah sebabnya, mereka memiliki hasil panen yang berlimpah. Hasil panennya, sebagian disimpan di gudang, dan sebagian yang lain dijual kepada pembeli yang datang ke desanya.

Berbagi Beras Secara Diam Diam

Hingga pada musim gugur, Si sulung mulai memeriksa jumlah beras yang dimilikinya. Beliau merasa bahwa adiknya lebih membutuhkan beras, daripada dirinya.

“Adikku baru saja menikah, tentu banyak sekali barang yang harus dibelinya. Lebih baik saya memberikan sebagian berasku kepadanya,” katanya dalam hati

Tetapi, dia tahu, bahwa jika hal itu dilakukannya, adiknya pasti akan menolak pemberiannya. Maka, dia harus memberikannya secara diam diam.

“Jika saya letakkan satu karung beras saja di gudangnya, tentu dia tidak akan mengenalinya. Saya akan meletakkannya di malam hari, saat dia sudah tertidur,” katanya, ketika sudah menemukan sebuah ide.

Hingga pada suatu malam, dengan diam diam dia meletakkan sekarung beras di gudang milik adiknya. Kegelapan malam, membuatnya berhasil melakukan misinya, tanpa menimbulkan kecurigaan adiknya.

Keanehan Keanehan

Tetapi, di pagi hari, dia merasa ada yang aneh dengan jumlah karung beras, yang ada di gudangnya. Dan benar, setelah menghitungnya dengan teliti, ternyata berasnya kelebihan satu karung.

“Dari mana datangnya ya, padahal saya belum menjualnya ke pedagang,” katanya keheranan.

“Mungkin itu rejeki yang diberikan oleh “langit” kepadaku,” pikirnya.

Karena merasa mendapatkan kelebihan rejeki, Si sulung kemudian memutuskan untuk mengirimkan lagi sekarung beras ke gudang adiknya. Tentu, hal ini akan dijalankankan secara rahasia, seperti yang dilakukannya kemarin.

Dan kejadian itu pun berulang. Besuknya, ketika memeriksa gudang di pagi hari, dia mendapati ada sekarung beras tambahan ada di sana.

“Tuhan memberkatiku. Rupanya saya mendapatkan tambahan rejeki lagi tadi malam. Kalau begitu, saya akan memberikannya kepada adikku, nanti malam,” katanya dalam hati.

Rahasia Terbongkar 

Sekali lagi, di malam hari, dia memanggul beras ke gudang milik adiknya. Tetapi, ketika berada di posisi yang tidak jauh dari rumahnya, dia melihat sekelebat orang bergerak menuju bagian belakang gudang beras miliknya. Dan dia merasa curiga.

“Siapa itu, teriaknya kepada sosok misterius yang ada di dekat gudangnya. Mendengar teriakan yang ditujukan kepadanya, sosok misterius itu pun berhenti.

“Saya kak,” katanya dengan suara agak kencang.

Rupanya sosok misterius itu adalah adiknya sendiri. Buru buru, si sulung mendekati adiknya, sambil memanggul karung di pundaknya. Si sulung mendapati si bungsu, yang ada di depannya, juga membawa sekarung beras.

Sambil tertawa, si sulung berkata,” Jadi kamu yang kemarin meletakkan sekarung beras di gudangku? Pantas setiap hari, berasku bertambah satu karung”.

“Kamu juga kan? Pantes tiap hari berasku juga bertambah sekarung,” Balas adiknya.

“Adikku, kamu baru saja menikah, kebutuhanmu pasti sedang banyak banyaknya,” Kata si sulung menjelaskan.

“Tidak kak, anakmu lebih banyak, jadi kamu pasti lebih membutuhkan,” Kata Si bungsu tidak mau kalah.

Kemudian keduanya beranggkulan. Si sulung mengajak adiknya mampir ke rumah, duduk di teras, sambil minum teh hangat. Menikmati kebersamaan keluarga dan persaudaraan.

Kesimpulan

Sebuah kebahagiaan yang luar biasa, yang mereka nikmati bersama, adalah buah dari kebersamaan dalam keluarga. Cerita rakyat dari korea ini mengajarkan kepada kita betapa pentingnya kebersamaan dalam keluarga.

Handoyoputro

Mind Navirgator / Story Teller