Kelemahan yang Berubah Menjadi Kekuatan: Cerita inspiratif tentang Paradox
Belajar dari kelabihan dan kekuarangan
Saya tidak tahu kapan peristiwa ini terjadi, dan juga tidak tahu apakah hal
ini benar benar terjadi di dunia nyata, atau hanya sebuah metafora saja, untuk
menjelaskan tentang kelebihan dan kekekurangan seorang manusia. Saya
menuliskannya karena ini bisa menjadi cerita inspiratif, yang mungkin
bermanfaat untuk kehidupan.
Kelebihan memang
sebuah anugerah, tetapi ketika tidak dimaknai dengan benar, bisa saja menjadi
kekurangan. Sedangkan kekurangan, bisa saja menjadikan kemenangan bagi kita.
Cerita ini saya dengar dari seorang guru yang bijaksana.
Cerita inspiratif tentang kelebihan dan kekurangan
Pada suatu hari, di
sebuah penginapan yang ada di pinggir sebuah kota kecil, kedatangan beberapa
tamu dari berbagai kota dengan berbagai tujuan. Beberapa diantaranya, bertujuan
untuk menikmati suasana perbukitan yang asri.
Pada suatu pagi yang
cerah, 3 orang tamu pergi ke luar penginapan. Salah satu dari mereka, ada yang
membawa payung. “Siapa tahu nanti turun hujan,” katanya kepada pemilik
penginapan.
Orang yang ke dua,
keluar penginapan sambil membawa tongkat. Katanya, agar tidak tidak terpeleset
ketika melewati medan yang licin. “Takutnya, nanti sore turun hujan, dan
jalanan licin,” katanya kepada pemilik penginapan.
Sedangkan orang yang
ke tiga, keluar penginapan, hanya membawa tas tangan saja, tidak membawa payung
maupun tongkat. Dia hanya membawa sebotol minuman di dalam tas kecilnya itu.
Sebagaimana cuaca di
daerah perbukitan, sering kali cuaca tidak menentu. Pagi yang cerah, tidak
berarti akan terus begitu hingga sore hari. Terkadang, setelah cuaca terlihat
cerah, mendung datang, dan hujan turun dengan derasnya, seolah menghapus
cerahnya langit di pagi hari.
Demikian pula yang
terjadi sore hari, pada waktu itu. Walaupun cuaca cerah di pagi hari, tetapi
tiba tiba mendung datang, dan hujan deras pun turun, disertai angin yang
berhembus cukup kencang.
Si pembawa payung
merasa beruntung, karena telah menyiapkan sebuah payung yang bisa
melindunginya dari terpaan air hujan. Itulah sebabnya dia terus
berjalan menerobos hujan yang lebat itu, ketika pulang kembali ke penginapan.
Orang yang ke dua
juga merasa beruntung, karena telah mempersiapkan sebuah tongkat, agar bisa
berjalan dengan baik di jalan yang licin, akibat hujan. Dan setelah hujan reda,
dia kembali pulang ke penginapan, tanpa rasa takut terpelesat, ketika melewati
jalan yang terjal.
Orang yang ke tiga,
memiliki jalan berpikir yang berbeda dengan kedua orang tadi. Ketika mendung
mulai memayungi langit, dia segera kembali ke pedesaan, mencari daerah yang
lebih datar, dan tidak licin ketika hujan.
Menyadari bahwa tidak
membawa payung, maka dia harus berada di lokasi yang memiliki tempat untuk
berteduh. Itulah sebabnya, ketika hujan tiba, dia berteduh di sebuah warung
kopi, dan asyik ngobrol dengan sesama pengunjung warung itu. Dia menunggu hujan
hingga reda, baru pulang ke penginapan. Dan tentu saja, dia memilih jalan yang
tidak terjal dan licin, untuk pulang ke penginapan.
Paradoks tentang kelebihan dan kekuranan
Sesampainya di
penginapan, orang yang membawa payung, bajunya terlihat kotor dan berlumpur.
Demikian pula orang yang membawa tongkat. Bajunya juga terlihat kotor, dan
berlempung.
Yang membuat pemilik
penginapan heran adalah, orang yang tidak membawa payung dan tongkat, justru
datang dengan lebih segar, dan bajunya juga masih bersih, seperti ketika
berangkat dari penginapan.
Di tengah
keheranannya, Pemilik penginapan bertanya,” Mengapa kalian yang membawa payung
atau tongkat, kembali dengan baju yang kotor? Apakah kalian tadi terjatuh? Dan
mengapa pula yang tidak membawa payung atau tongkat justru baik baik saja?”
Orang yang membawa
payung bercerita, bahwa dia menerobos hujan, karena membaya payung yang bisa
melindunginya dari terpaan air. Tetapi dia tidak memperhitungkan bahwa jalan
yang dilaluinya sangat licin. Angin yang cukup kencang membuatnya terpelanting
dan terpeleset. Itulah sebabnya dia tiba di penginapan, dengan kondisi pakaian
yang kotor karena terkena tanah yang becek dan berlumpur.
Sama dengan orang
yang membawa payung, orang yang ke dua itu pun bercerita, bahwa dia berteduh di
bawah pohon ketika hujan tiba. Ketika hujan reda, barulah dia mulai pulang ke
penginapan. Karena membawa sebuah tongkat, dia tidak takut, melewati jalan yang
terjal. Tetapi karena jalan licin, saya terpeleset, dan jatuh. Itulah sebabnya,
saya pulang dengan baju yang kotor karena lempung.
Kemudian orang yang
ke tiga itu, juga bercerita. Menyadari bahwa dia tidak membawa payung dan juga
tidak membawa tongkat, maka dia harus waspada, jika terjadi hujan. Karena
ketika hujan, dia bisa basah kuyup, atau terpeleset karena jalan yang licin.
Itulah sebabnya, dia segera menuju ke daerah yang lebih datar dan mencari
warung kopi.
Karena menyadari
kelemahannya (Tidak membawa payung dan tongkat) orang yang ke tiga ini tidak
mau melawan alam. DIa hanya menyesuaikan diri dengan keadaan.
Kelemahan yang berubah menjadi kekuatan
Inilah yang dimaksud
dengan kelemahan yang berubah menjadi kekuatan. Tentu diperlukan kearifan
tingkat tinggi, untuk merubah kelemahan menjadi kekuatan.
Dan tanpa kearifan,
kelebihan pun bisa menjadi bencana, seperti yang dialami
oleh orang yang justru membawa payung dan tongkat.
Meraka terpeleset karena terlalu percaya diri.
Kisah di atas bisa
menjadi cerita inspiratif yang membuat kita untuk lebih arif dalam menghargai
kelebihan dan kekurangan. Karena kelebihan bisa menjadi halangan, dan
sebaliknya halangan bisa berubah menjadi kesempatan.
Kelemahan bisa
berarti kekuatan
Kekuatan bisa berarti
kelemahan
Sebuah paradox yang
nyata
Itulah sebabnya kita
harus memahaminya
Karena
Memahami paradox
Berarti memahami
dunia
Handoyoputro
Mind Navigator /
MotivStory Teller